REKAPAN MATERI KAJIAN REGULER KOMPASY
Tema : Prioritas amal
Muwajjih : Ustadz Zain
Tempat: Kompasy reg 6
Tanggal : 21 September 2016
Moderator : Ima
Notulen : Ima
MUQADIMAH
----------------
سْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِي
ْ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya..
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti. In sha Allah..
Aamiin
========================
✍MATERI✍
~~~~~~~~~~~~~~~~~
*Prioritas Amal*
Bismillah ..
Islam mengajarkan seluruh tata cara beramal dalam kehidupan ini, termasuk dalam hal-hal yang membutuhkan skala prioritas. Dengan kata lain, umat Islam perlu memahami tentang aktifitas-aktifitas yang wajib dan mendesak untuk didahulukan dan juga perlu mengetahui hal-hal yang diahirkan dari keseluruhan aktifitas-aktifitas. Pemahaman ini (fiqh) mutlak dibutuhkan agar umat Islam mampu mengerjakan seluruh kewajiban-kewajibannya secara optimal dan mampu meninggalkan larangan-larangan Alah SWT secara bertahap.
Fiqh prioritas memiliki hubungan yang sangat erat dengan fiqh lainnya terutama fiqh pertimbangan (muwazanah). Kaitannya dengan fiqh muwazanah itu dapat dilihat dari peranan pentingnya yaitu :
- Memberikan pertimbangan antara berbagai kemaslahatan dan manfaat dari berbagai kebaikan yang disyariatkan
- Memberikan pertimbangan antara berbagai bentuk kerusakan , mudharat, dan kejahatan yang dilarang oleh agama
- Memberikan pertimbangan antara maslahat dan kerusakan, antara kebaikan dan kejelekan apabila dua hal yang bertentangan ini bertemu satu sama lain.
Kemaslahatan itu ada tiga macam yaitu kemaslahtan yang mubah, kemaslahatn yang sunnah, dan kemaslahatan yang wajib. Demikian juga dengan kerusakan ada dua macam yaitu kerusakan yang makruh dan kerusakan yang haram. Dari berbagai pertimbangan tersebut dapat dirumuskan urutan amal (prioritas) mana yang lebih didahulukan atas satu dengan yang lainnya.
Ukuran penting atau tidaknya suatu hal dalam kehidupan kita telah ada sumbernya, yaitu Al Qur-an. Kita bisa mengetahuinya dari banyaknya ayat-ayat yang menyinggung hal tersebut. Misalnya saja tentang ilmu pengetahuan. Ada banyak ayat dalam Al Quran yang menyerukan untuk mengkaji. Baik mengkaji ayat-ayat yang tertulis maupun yang tidak tertulis (alam). Juga banyak ayat yang diakhiri dengan _`apakah kamu tidak memikirkan?`_ , _`apakah kamu tidak mengetahui?`_
Contoh lain lagi adalah ayat-ayat yang berhubungan dengan aqidah, tauhid yang merupakan pokok ajaran agama. Juga ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah, baik individu maupun sosial. Hal lain yang diberi perhatian adalah yang terkait dengan akhlak, sifat-sifat yang baik, kejujuran, kebenaran, kesederhanaan, rasa malu, rendah hati, harga diri, berbuat baik pada orang tua, memelihara silaturrahim, menyantuni fakir miskin, menyayangi anak yatim.
Penentuan Skala Prioritas sangat berhubungan dengan kondisi, waktu, juga tempat. Misalnya Prioritas bagi ibu rumah tangga berbeda dengan prioritas bagi pemuda. Prioritas dalam kondisi darurat tentu berbeda dengan prioritas dalam kondisi normal. Al Quran mencontohkan hal-hal ini tidak bisa disamakan. Prioritas tiap zaman juga berbeda.
Begitu pun dengan ilmu,ilmu adalah petunjuk amal. Dengan ilmu makaamal yang dilakukan menjadi benar. Orang yang berilmu lebih utama daripada ahli ibadah sekalipun bila itu dilakukan tanpa ilmu.
Bila kita dihadapkan pada dua pilihan amal, maka pilihlah yang ringan dan mudah dikerjakan daripada yang berat dan sulit dikerjakan. Demikianlah Islam mempermudah kehidupan kita, dan tidak mempersulitnya. Bisa kita lihat begitu banyak hal-hal yang diberikan keringanan (rukhsah) oleh Allah, dan lebih diutamakan kita mengambil rukhsah itu. Misalnya sholat jama` dan qashar ketika bepergian, bolehberbuka puasa di bulan ramadhan untuk yang sakit, tua, ibu hamil dan menyusui, dll.
*Prioritas ilmu atas amal*
Dalam masalah ini, kita perlu mengetahui bahwa ilmu adalah prioritas daripada amal karena ilmu akan menuntun dan memotivasi timbulnya suatu amal. Sedangkan amal tidak mampu mendatangkan ilmu. Selain itu, pemahaman juga harus didahulukan daripada hafalan belaka, juga prioritas atas maksud dan tujuan (hal substantif) ketimbang penampilan luar .
Ilmu pengetahuan mesti didahulukan atas amal perbuatan, karena ilmu pengetahuanlah yang mampu membedakan antara yang haq dan yang bathil dalam keyakinan umat manusia; antara yang benar dan yang salah di dalam perkataan mereka; antara perbuatan-perbuatan yang disunatkan dan yang bid’ah dalam ibadah; antara yang benar dan yang tidak benar di dalam melakukan muamalah; antara tindakan yang halal dan tindakan yang haram; antara yang terpuji dan yang hina di dalam akhlak manusia; antara ukuran yang diterima dan ukuran yang ditolak; antara perbuatan dan perkataan yang bisa diterima dan yang tidak dapat diterima.
Oleh sebab itu, kita seringkali menemukan ulama pendahulu kita yang memulai karangan mereka dengan bab tentang ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Imam al-Ghazali ketika menulis buku Ihya’ ‘Ulum al-Din; dan Minhaj al-’Abidin. Begitu pula yang dilakukan oleh al-Hafizh al-Mundziri dengan bukunya at-Targhib wat-Tarhib. Setelah dia menyebutkan hadits-hadits tentang niat, keikhlasan, mengikuti petunjuk al-Qur’an dan sunnah Nabi saw; baru dia menulis bab tentang ilmu pengetahuan.
Fiqh prioritas yang sedang kita perbincangkan ini dasar dan porosnya ialah ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan kita dapat mengetahui apa yang mesti didahulukan dan apa yang harus diakhirkan. Tanpa ilmu pengetahuan kita akan kehilangan arah, dan melakukan tindakan yang tidak karuan.
Benarlah apa yang pernah diucapkan oleh khalifah Umar bin Abd al-Aziz, _“Barangsiapa melakukan suatu pekerjaan tanpa ilmu pengetahuan tentang itu maka apa yang dia rusak lebih banyak daripada apa yang dia perbaiki.”_
_"Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentangapa yang telah mereka kerjakan dahulu."_ (QS al-Hijr: 92-93)
*Prioritas dalam bidang fatwa dan Da'wah*
Di dalam bidang fatwa dan dakwah, kita perlu memprioritaskan persoalan yang ringan dan mudah atas persoalan yang berat dan sulit.
Berbagai _nash_ memberikan petunjuk pada kita bahwa perkara-perkara yang mudah dan ringan lebih dicintai oleh Allah SWT. Nabi SAW ketika memulai dakwahnya sangat memberikan kemudahan dan keringanan bagi umat. Ketika ditanyakan tentang suatu hal, maka beliau cukup memberikan defenisi-defenisi sederhana, mudah, dan tidak sulit. Beliau mengarahkan kemudahan untuk mengerjakan hal-hal yang wajib daripada hal-hal yang sunnah.
Di dalam berdakwah, dikenal istilah marhalah (pentahapan). Pengharaman khamar di dalam Al-Qur’an juga dilakukan secara bertahap. Segala bentuk perintah dan larangan dari Allah SWT harus melalui pentahapannya sehingga setiap muslim pada akhirnya mampu menyanggupi seluruh perintah dan menjauhkan segala larangan-Nya.
Ukuran yang benar dalam memperhatikan segala sesuatu harus berdasakan perhatian terhadap isu-isu yang disorot oleh al-Qur'an saja. Sehingga kita dengan mudah mengetahui manakah perkara yang diprioritaskan/disorot secara jelas oleh Al-Qur’an dan mana yang sedikit diperhatikan.
*Prioritas Amal yang Kontinyu atas Amal yang Terputus-putus*
Al-Qur’an menjelaskan, sebagaimana yang dijelaskan oleh sunnah Nabi saw, bahwa sesungguhnya perbuatan manusia di sisi Allah itu memiliki berbagai tingkatan. Ada perbuatan yang paling mulia dan paling dicintai oleh Allah SWT daripada perbuatan yang lainnya.
Allah SWT berfirman: _“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus masjid al-Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajadnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”_ (at-Taubah: 19-20)
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, _“Sesungguhnya iman itu ada enam puluh lebih cabang –atau tujuh puluh lebih– yang paling tinggi di antaranya ialah la ilaha illa Allah, dan yang paling rendah ialah menyingkirkan penghalang yang ada di jalan.”_ Hal ini menunjukkan bahwa jenjang iman itu bermacam-macam nilai dan tingkatannya.
Penjenjangan ini tidak dilakukan secara ngawur, tetapi didasarkan atas nilai-nilai dan dasar-dasar yang dipatuhi. Inilah yang hendakkita bahas.
Di antara ukurannya ialah bahwa jenis pekerjaan ini harus pekerjaan yang paling langgeng (kontinyu); di mana pelakunya terus-menerus melakukannya dengan penuh disiplin. Sehingga perbuatan seperti ini sama sekali berbeda tingkat dengan perbuatan yang dilakukan sekali-sekali dalam suatu waktu tertentu.
Sehubungan dengan hal ini dikatakan dalam sebuah hadits shahih: _“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang paling langgeng walaupun sedikit.”_
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dan Masruq berkata, _“Aku bertanya kepada Aisyah r.a., Amalan apakah yang paling dicintai oleh Nabi saw?, Aisyah menjawab: “Amalan yang langgeng.”_
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. bahwa sesungguhnya Nabi saw masuk ke rumahnya, pada saat itu ‘Aisyah sedang bersama dengan seorang perempuan.
Nabi saw bertanya, _“Siapakah wanita ini?”_
'Aisyah menjawab, _“Fulanah yang sangat terkenal dengan shalatnya (yakni sesungguhnya dia banyak sekali melakukan shalat).”_
Nabi saw bersabda, _“Aduh, lakukanlah apa yang kamu mampu melakukannya. Demi Allah, Allah SWT tidak bosan sehingga kamu sendiri yang bosan."_
‘Aisyah berkata, _“Amalan agama yang paling dicintai olehnya ialah yang senantiasa dilakukan oleh pelakunya.”_
Perkataan _“aduh”_ dalam hadits tersebut menunjukkan keberatan beliau atas beban berat dalam beribadah, dan membebani diri diluar batas kemampuannya. Yang beliau inginkan ialah amalan yang sedikit tapi terus-menerus dilakukan. Melakukan ketaatan secara terus-menerus sehingga banyak berkah yang diperoleh akan berbeda dengan amalan yang banyak tetapi memberatkan. Dan boleh jadi, amalan yang sedikit tapi langgeng akan tumbuh sehingga mengalahkan amalan yang banyak yang dilakukan dalam satu waktu. Sehingga terdapat satu peribahasa yang sangat terkenal di kalangan masyarakat, _“Sesungguhnya sesuatu yang sedikit tapi terus berlangsung adalah lebih baik daripada amalan yang banyak tetapi terputus.”_
Itulah yang membuat Nabi saw memperingatkan orang-orang yang terlalu berlebihan dalam menjalankan agamanya dan sangat kaku; karena sesungguhnya Nabi saw khawatir bahwa orang itu akan bosan dan kekuatannya menjadi lemah, sebab pada umumnya begitulah kelemahan yang terdapatpada diri manusia. Dia akan putus di tengah jalan. Ia menjadi orang yang tidak jalan dan juga tidak berhenti.
Oleh karena itu, Rasulullah saw bersabda, _“Hendaklah kamu melakukan amalan yang mampu kamu lakukan, karena sesungguhnya Allah SWT tidak bosan sehingga kamu menjadi bosan sendiri.”_
Beliau saw juga bersabda, _“Ikutilah petunjuk yang sederhana (tengah-tengah) karena orang yang kaku dan keras menjalankan agama ini akan dikalahkan olehnya.”_
Sebab wurud hadits ini adalah seperti apa yang diriwayatkan oleh Buraidah yang berkata, _“Pada suatu hari aku keluar untuk suatu keperluan, dan kebetulan pada saat itu aku berjalan bersama-sama dengan Nabi saw. Dia menggandeng tangan saya, kemudian kami bersama-sama pergi. Kemudian di depan kami ada seorang lelaki yang memperpanjang ruku’ dan sujudnya. Maka Nabi saw bersabda, Apakah kamu melihat bahwa orang itu melakukan riya’?, Akuu berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.’ Kemudian beliau melepaskan tanganku, dan membetulkan kedua tangan orang itu dan mengangkatnya sambil bersabda, 'Ikutilah petunjuk yang pertengahan…'_
Diriwayatkan dari Sahl bin Hunaif bahwa Rasulullah saw bersabda, _“Janganlah kamu memperketat diri sendiri, karena orang-orang sebelum kamu binasa karena mereka memperketat dan memberatkan diri mereka sendiri. Dan kamu masih dapat menemukan sisa-sisa mereka dalam biara-biara mereka.”_
_"Ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami, dan rahmatilah kami. engkau Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir"_ (al-Baqarah: 286 )
*Rekap tanya jawab kajian reguler 06*
1⃣ Sinta_reg5_ Assalamualaikum ana mau tanya contoh kerusakan yg makruh itu seperti apa ust.
*Jawab* wa'alaikumussalam warahmah
kerusakan makruh yaitu kerusakan yg sebenarnya kita tahu itu akan berakibat buruk namun kita tetap melakukannya dengan atau tanpa sengaja, wallaahu a'lam.
2⃣ Enni_Reg 04_ Ustad kalau bagaimana kalau beramal mengikuti apa yang diajarkan orang tua tapi nyatanya sekarang amalan itu dipermasalahkan karna tidak ada ilmunya ,apa walaupun dijalankan dengan mengharap ridho Allah tetap tidak berpahala ,?
*Jawab* segala sesuatu yg tidak disyariatkan oleh Allaah dan RasulNya akan tertolak, jadi setiap amalan harus berdasar pada Al Qur'an dan hadits, wallaahu a'lam
3⃣ Ima_reg6_ Ustadz, maksudnya jgn memperketat diri sendiri gemana yaa? Kadang ingin lebih byk ibadah tp kadang berat diwaktu dan dibadan juga?? Tp klu dipaksa ga ada peningkatan amalan dlm ibadah??
*Jawab*
maksudnya ketika mampu melakukan amalan namun tidak melakukannya, akan tetapi utk hal yg sia-sia selalu bisa melakukan
cintai amalannya maka akan terasa ringan, seperti halnya kita melaksanakan sholat dan pekerjaan
perlahan, namun kontinyu. tidak langsing dgn tiba² melaksanakan dgn "over
wallaahu a'lam,
4⃣ Nur_reg6_ustd mau tanya, klo menolong org, tp ngelanggar aturan pmrntah gmn? Misal, ngeboncengin orang ke suatu tmpt, tuk naik angkutan umum, tp yg kt bonceng gak pake helem. Itu gmn? Boleh gk.?Bsa dktakan bwramal jg?? Atau malah sebaliknya???
*Jawab*
beramal menurut agama namun melanggar peraturan lalu lintas, boleh saja namun alangkah baiknya yg dibonceng jg dipakaikan helm utk keselamatannya, karena tidak ada peraturan yg tidak memberikan manfaat utk penggunanya
5⃣ Bismillaah
Mohon izin bertanya, saya Ditya dari reg 7.
1. Bagaimana pentahapan dalam mendakwahi saudara saya yang kecanduan rokok ya Ustadz? Selama ini saya dan keluarga merasa kesulitan utk melakukannya.
*Jawab*
1. ingatkan dia akan bahaya rokok, jika punya keluarga atau anak beritahu dampak utk mereka (keluarga), berikan motivasi utk hidup sehat tanpa rokok, jgn lupa utk mendoakan saudara antum tsb, mungkin beberapa saran kami bisa dipakai
2. Maksud dari isu-isu yang disorot oleh Alquran itu seperti apa?
*Jawab*
isu tsb maksudnya adalah hal yg berkaitan dgn ibadah, wallaahu a'lam
*Cloosing statement*: ilmu dan amal adalah hal yg diprioritaskan dalam agama ini, amalan tanpa ilmu akan sia² dan ilmu tanpa pengamalan akan mati, jadi keduanya tidak akan terlepas dari kesatuan tsb, wallaahu a'lam bishawab
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
*PENUTUP*
Marilah kita tutup majelis ilmu kita hari ini dgn membaca istighfar, hamdallah serta do'a kafaratul majelis
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
dan istighfar
أَسْتَغفِرُ اَللّهَ الْعَظيِمْ
: Doa penutup majelis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ ٭
Artinya:
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Resume By :
®Komunitas Muslimah Pemburu Syurga