Sambungan Qs Hud ayat 62
(62). قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَٰذَا ۖأَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيب
ٍ
Kaum Tsamud berkata: "Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami."
Dalam menjawab seruan tauhid dari Nabi Saleh as, kaum Tsamud menyatakan pembangkangan karena mereka masih berpegang teguh kepada ajaran sesat para pendahulu mereka. Tanpa memikirkan seruan Nabi Saleh dengan akal yang jernih dan logis, kaum Tsamud malah berkata, "Hai Saleh, engkau adalah orang yang kami hormati dan kami percayai, namun perkataanmu ini membuat kami merasa ragu kepadamu."
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para mubaligh atau pendakwah agama harus mengetahui bahwa masyarakat tidak mudah diajak meninggalkan keyakinan para pendahulu mereka dan karena itu, mereka tidak boleh mengharapkan adanya perbaikan yang terjadi secara cepat.
2. Keragu-raguan bisa membawa kepada dua hal. Keraguan bisa mendorong seseorang melakukan penelitian yang akan mendatangkan keyakinan yang benar. Sebaliknya, keraguan juga bisa membawa manusia kepada kesesatan.
Repost by: Nurul Fadhilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar