Jumat, 14 Oktober 2016

ATM 14 OKTOBER 2016

Qs Hud ayat 63

(63). قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَآتَانِي مِنْهُ رَحْمَةً فَمَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ عَصَيْتُهُ ۖفَمَا تَزِيدُونَنِي غَيْرَ تَخْسِير
ٍ
Shaleh berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian.
Dalam menghadapi jawaban kaum Tsamud yang tidak logis dan tidak masuk akal itu, Nabi Saleh mengatakan: "Wahai kaumku, rahmat Ilahi tercurah kepadaku dan aku telah dipilih Allah untuk menyampaikan seruan agama dan dakwah kepada kalian semua. Jika aku tidak melaksanakan tugasku ini, kalian pun tidak akan bisa membantuku. Karena itu, tidak ada alasan bagiku untuk meninggalkan pekerjaanku ini hanya untuk mencari simpati dan keridaan dari kalian." Dalam ayat sebelumnya, kaum Tsamud memuji Nabi Saleh dengan menyebutnya sebagai orang yang dihormati dan dipercayai dengan tujuan agar Nabi Saleh menghentikan dakwahnya. Namun, Nabi Saleh as menjawab bahwa dakwah adalah tugas dari Allah dan hanya keridaan Allah-lah yang menjadi tujuannya, bukan keridaan atau simpati dari sesama manusia.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:

1. Agama-agama suci samawi disampaikan kepada masyarakat dengan dalil yang jelas, kokoh, dan argumentatif. Masyarakat diseru kepada agama Allah melalui dalil yang kokoh ini, bukan melalui ancaman atau pemaksaan.

2. Semua manusia memiliki kedudukan sama di hadapan hukum Allah. Bahkan para nabi pun bila melakukan penyimpangan atau tidak melakukan tugasnya dengan baik, pasti akan mendapat murka dari Allah.

3. Kita jangan keluar dari jalan Allah hanya demi mencari simpati masyarakat, karena masyarakat tidak memiliki daya apapun di hadapan kekuatan Allah.

Oleh: Nurul Fadhilah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar