Oleh : Kalam Jingga
Saudaraku...
Jangan ada tindakan pemaksaan kehendak dalam relasi sosial.
Apalagi sampai pada tindak kekerasan, karena Allah dan Rasul sejak dulu telah melarang itu.
Allah menghendaki terbenam pemahaman dan penafsiran yang terjadi bisa menjadi bisa menjadi rahmat, bukan malah menjadi azab.
Saudaraku, tidak jarang kita terjebak dalam sikap mutlak-mutlakan dalam menyikapi perbedaan.
Merasa pemahaman Islam kita yakinilah yang paling benar, sedangkan yang selain kita salah, sehingga harus dipaksa menuju pendapat yang kita yakini.
Tentu saja kecendrungan ini salah satu pertanda realitas sosial yang tidak sehat.
Sikap menganggap hanya keyakinan kita sendiri yang bendera dan yang lain salah, itu muncur hanya karena ekspresi naluri kemanusiaan kita yang senantiasa ingin mempertahankan kebenaran yang kita yakini.
Namun, saudaraku, apakah lantas naluri itu menyebabkan kita dengan mudah memberi label pada orang-orang yang sependapat dengan kuta sebagai "kawan"-serta memberi label pada orang-orang yang tidak sependapat dengan kita sebagai "lawan"?
Apakah lantas naluri itu menyebabkan kita mahdhah tersinggung, cepat jengkel, gampang marah, dan spontan naik pitam ketika melihat ada pemahaman baru yang disodorkan kepada kita?
Next part 2....
#Mari memperbaiki diri
#Lillah, Billah, Fillah
Sumber :
Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku
(Ahmad Rifa'i Rif'an)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar