Kamis, 19 Mei 2016

ATP 19 Mei 2016

Oleh : Kalam Jingga

Perlahan atau dengan akselerasi yang lebih besar, angin akan menghempas, arus akan menerpa, badai akan menerjang keimanan kita.
Sebab, keimanan manusia tidak diciptakan untuk ditahan dalam tempurung baja yang terkunci rapat dan aman.

Iman di ciptakan oleh Allah dan ditempatkan ke dalam organ yang tidak statis.
Ia justru bernaung fi hamparan organ yang mudah berubah, bolak-balik, naik turun, yaitu dalam kalbu, di hari manusia.

Mengapa Allah menaungkan iman di dalam organ abstrak yang labil dan mudah sekali berubah ?
Mengapa tidak diciptakan saja organ statis dan stabil yang melindungi dari hawa nafsu dan hembusan kotor masuk ke dalamnya, supaya iman itu aman, sehingga selamatlah kita semua ?

"Apakah manusia itu mengira bahwa neraka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman,' sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut-[29] : 2)

Nah, terjawablah pertanyaan iseng itu.
Kalau iman sudah terjaga dalam hamparan organ yang tidak mungkin ditembus oleh rayuan kotor hawa nafsu, lalu untuk apa kita diciptakan di jagat raya ini?
Dunia yang penuh sesak oleh segala kesenangan semu dan bujuk rayu sengaja diciptakan untuk menggoda hati kita yang selalu berbolak-balik.
Apakah kita bisa bertahan dengan peraturannya yang sering melalaikan?

Shalihah KOMPASY
Benarlah dunia ini ujian keimanan diri kita.
Pantaskah diri berada di dunia ini.
Mari Memfanakan diri kita.
Agar kita tahu sebenarnya diri kita siapa di atas dunia ini.

#Mari memperbaiki diri
#Lillah, Billah, Fillah

Sumber :
Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku
(Ahmad Rifa'i Rif'an)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar