Tafsir Surat Al-Waqi'ah ayat 12-13-14
Oleh KH. Abdul Hasib Hasan
فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (١٢)
12. Berada dalam surga-surga kenikmatan.
ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ (١٣)
13. Segolongan besar dari orang-orang terdahulu.
وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ (١٤)
14. Dan segolongasn kecil dari orang-orang terkemudian.
Mereka berada dalam "surga-surga kenikmatan."
Kata na'îm berasal dari kata na'ama, yang berarti hidup tenang dan
nyaman. Kata ni'mah adalah berkah dan kenikmatan, segala sesuatu yang
ingin lebih banyak lagi dimiliki oleh seseorang.
"Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu" (QS 2:216).
Seringkali seseorang tidak dapat mengambil hikmah dari berbagai peristiwa yang dialaminya.
Jika manusia mampu apa yang menimpa dirinya sebagai terjadi atas nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (bismillâhirrahmânirrahîm),
maka ia akan mampu melihat rahmat Allah di balik setiap peristiwa dan
situasi. Bila tidak, ia hanya akan menilai berdasarkan pandangan
pribadinya.
Orang mukmin hanya melihat kebaikan, tanpa mempedulikan apa kata orang lain.
Jika ia betul-betul beriman, jika ia meyakini bahwa pengendali makhluk
ini adalah Tuhan Yang Maha Pengasih, maka ia akan berusaha melihat
rahmat Allah di balik setiap peristiwa. Karena alasan itu, hati seorang
mukmin tidak pernah terguncang atau merasa gelisah.
Seorang mukmin bertindak sebaik mungkin menurut kemampuannya, karena ia
adalah aktor dan sekaligus objek tindakan. Secara lahiriah, ia akan
menanggapi suatu keadaan darurat.
Sementara itu, secara batiniah, ia akan merasa tenang, karena mengetahui bahwa hal itu berasal dari Tuhan Yang Mahabenar.
Jika ia tidak menyukai apa yang menimpa dirinya, yang demikian itu
karena ia menilainya secara salah dan serampangan. Penilaian didasarkan
pada tingkat kejahilan dan pengetahuan. "Boleh jadi engkau menyukai
sesuatu padahal ia itu bumk bagimu" (QS 2:216).
Seorang anak sangat suka bila ada banyak coklat di sekelilingnya,
sementara seorang dewasa yang berilmu bisa mengetahui bahaya coklat itu
bagi kesehatan. Seorang anak muda yang bertanggung jawab baru mengerti
dan memahami arti jerih payah dan tanggung jawab dalam hubungannya
dengan harta kekayaan setelah ia memperolehnya dengan keringatnya
sendiri.
Hanya dengan cara seperti ini sajalah ia akan mengetahui kesulitan dalam memperoleh, menjaga, dan membelanjakannya dengan baik.
Akan tetapi, seorang yang tidak bertanggungjawab biasanya memiliki
hasrat atau keinginan romantis pada segala sesuatu tanpa mengetahui
bahaya yang terkandung di dalamnya.
Sekelompok orang yang sudah lebih dahulu memiliki pengetahuan tentang
Tuhan Yang Mahabenar juga lebih dahulu memasuki surga keimanan. Mereka
dikatakan terdahulu dalam pengertian bahwa mereka sudah masuk ke surga
sebelum kematian karena telah meraih kebahagiaan dan ketenangan dalam
kehidupan ini.
Mereka sudah mengetahui makna kenikmatan dan memiliki pengetahuan
langsung tentang tauhid di dunia ini. Orang-orang yang belum meraih
pengetahuan langsung hanya bisa membenahi dan memperbaiki salat dan doa
mereka dengan harapan bahwa mereka bisa memperolehnya sewaktu nyawa dan
dunia pun direnggut oleh kematian.
Tidak peduli sudah sejauh mana tauhid dan keimanan seseorang, tetap saja
masih ada tarikan tubuh. Tubuh adalah salah satu instrumen yang
digunakan Allah dalam memberikan peringatan bahwa seseorang masih
dikuasai oleh belenggu alam kehidupan dunia ini.
Tidak peduli sejauh mana seseorang berada dalam kepasrahan, tetap saja masih diketahui ada dualitas dan kerugian.
Ketidakadilan manusia ada karena tidak ada ketinggian puncak dalam
evolusi spiritual, yakni peristiwa historis atau duniawi berupa
munculnya Imam Mahdi (secara harfiah bermakna orang yang terbimbing
lurus; beliau adalah Imam kedua belas yang sedang gaib).
Pada waktu itu, bumi akan diwarisi oleh orang-orang rendah hati yang
bertindak benar. Keadilan Allah pun akan terwujud penuh dalam kehidupan
ini. Jika seseorang peduli pada waktu, maka ia juga harus peduli pada
kronologi peristiwa. Jika cahaya intelek memungkinkan seseorang untuk
pergi menembus waktu untuk sesaat, maka kata "terdahulu"
mengimplikasikan orang-orang yang memperoleh risalah, tak peduli kapan
waktunya.
Orang-orang yang kepedulian utamanya adalah menjalani kehidupan tauhid cenderung kurang mementingkan waktu.
Manusia yang mencari tauhid akan berusaha memperoleh pengetahuan Ibrahim
a.s. la bersahabat dengan Nabi Muhammad saw., dan menginginkan
bimbingan, nasihat, dan persahabatan dengan para Imam dan
sahabat-sahabat terpilih. Ia ingin mendekati keadaan mereka. Sia-sia dan
percuma saja menginginkan kedekatan dengan mereka secara fisik, tanpa
ingin mengambil teladan mereka.
Dan jika seseorang ingin mendekati keadaan mereka, maka yang demikian
itu dapat terjadi kapan saja. Sebab, keadaan mereka dipaparkan kepada
manusia melalui Al-quran, Sunah Nabi, dan hadis. Seseorang bisa
dikat
Repost By : Ustadz Undang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar