Senin, 13 Juni 2016

ATP 14 Juni 2016

RENUNGAN HARI KE-9
"Lu'lu'ul Makmun"

"Jangan takut tidak memiliki eksistensi dan dalam sejarah dunia karena lembar catatan sejarah akhiratmu tidak akan pernah melewatkan manusia-manusia mulia yang mengikhlaskan diri meniti jalan Tuhan."

Saya begitu terinspirasi oleh kalimat Imam Syafi'i.
"Aku mencintai orang-orang saleh," begitu katanya, diiringi titik air mata yang kian mengenang, "meski aku bukanlah bagian dari mereka. Dan aku membenci para pemaksiat-Nya, meski aku tidak berbeda dengan mereka."

Ada beberapa kisah manusia luar biasa yang namanya tidak banyak di kenal oleh masyarakat.
Semoga menjadi inspirasi bagi lahirnya manusia-manusia tulus seperti mereka.

Seorang tukang sepatu. Segi penampilan biasa saja seadanya. Pakaiannya kotor oleh debu-debu jalanan.
Tetapi sungguh wajahnya meskipun kotor, tapi cerah.
Tercengang diri, ternyata bahwa bapak tukang sol sepatu itu adalah salah satu ustadz yang mengajar di pesantrennya. Dan luar biasanya bapak itu adalah seorang hafidz (hafal Al-Qur'an).

Berkali-kali diri menunduk syukur kepada Rabb.

***

Ada tukang bakso yang memiliki kebiasaan unik.
Setiap menerima uang dari pembelinya, ia menyimpan uang itu di tiga tempat.
Sebagian di laci gerobaknya, Sebagian di dompetnya, dan sisanya di kaleng bekas tempat roti.

Banyak manusia mulia yang tersimpan di balik layar sejarah.
Mereka tidak mengharap puja-puji manusia.
Mereka hanya ingin mulia di depan Tuhannya.

Mereka merindu untuk segera tidur di atas dipan bertakhtakan emas.
Mereka merindu hidup bersama bidadari-bidadari surga bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan. Lu'lu'ul Maknun.

Lu'lu'ul Makmun.
Mungkin banyak dari kita yang tertunduk malu pada mereka.
Ketika banyak dari dari kita yang memburu popularitas, tidak terbesit dalam jiwa mereka untuk dikenal banyak orang dan diketahui jasa-jasa mereka.

Semoga kita tidak lagi merasa rendah saat berhadapan dengan orang yang hartanya lebih banyak, gelarnya lebih berderet, atau jabatan dan popularitasnya lebih tinggi. Karena bagi Allah, bukan ukuran² semacam itu yang menjadi tolok ukur kemuliaan manusia.

Semoga mulai saat kini kita juga tidak mudah menganggap remeh orang-orang yang dari penampilan fisik mungkin sangat sederhana.

Jangan takut tidak memiliki eksistensi dalam lembar sejarah dunia, karena lembar catatan sejarah akhiratmu tidak akan pernah melewatkan manusia² mulia yang mengikhlaskan diri meniti jalan Tuhan.

Jika rangsangan untuk menampilkan potensi diri dikhawatirkan akan timbul riya, ujub, takabur, dan segala sifat-sifat kotor yang lain, yakinlah bahwa di hadapan Allah, mutiara tetaplah mutiara.
Tersimpannya mutiara tidak mengurangi harga mutiara itu.

Tugas kita dalam hidup cukuplah sederhana, berusahalah untuk menjadi mutiara.
Mutiara yang berharga menurut Allah.

#Mari Memperbaiki Diri
#Lillah, Billah, Fillah

Kutipan :
Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku
[Ahmad Rifa'i Rif'an]

By: Maulida kaz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar