Minggu, 19 Juni 2016

ATP 19 Juni 2016

RENUNGAN HARI KE-13
"Aku Rindu Abdi Negara yang Punya Malu"

Negeri kita ini negeri yang unik. Kita dapat kupas kualitas negeri ini salah satunya dari mendunia pegawai negerinya.
Tentang moral. Jangan pernah kita cari kosakata "kejujuran" di kamus kedinasan. Karna konon, kata itu menjadi kaya yang paling dirindukan.

Sebenarnya tidak ingin bersu'udzon pada sistem pemerintah yang terlaksana hingga saat ini. Akan tetapi, rasanya praktik-praktik "Ketidakjujuran" di lapangan telah menjadi rahasia umum.
Di sampaikan atau tidak, ia tetaplah menjadi desas-desus yang diketahui masyarakat.

Banyak terjadi suap-menyuap, pungutan liar seringkali terdapat di dunia kedinasan yang identik dengan birokrasi yang berbelit.
Ya, nama pegawai akhirnya tercoreng oleh kasus² yang mungkin hanya dilakukan oleh sebagian oknum, tapi akhirnya nila setitik itu terlanjur merusak susu sebelanga.

Saudaraku...
Sedikitpun jangan sampai tergoda melakukan korupsi, sebebas dan senyaman apapun posisi kita untuk melakukan itu.
Allah dan rasul-Nya bukan hanya melarang, tapi sampai pada tahap melaknat penyuap dan penerima suap.

"Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap di dalam kekuasaan". (HR. Abu Daud)

Lalu bagaimana dengan orang yang mengetahui kasus korupsi tapi membiarkannya ?

"Rasulullah melaknat penyuap, penerima suap, dan orang-orang yang menyaksikannya." (HR. Thabrani)

Demi Allah, tidak akan diraih bahagia selama kebusukan harta korupsi. Ia adalah tabir yang akan menghijab jiwa dengan Allah. Do'a tidak akan dikabulkan oleh Allah. Segala permohonan ditolak-Nya.

"Daging yang tumbuh dari barang haram tidak akan masuk syurga. Neraka lebih panas sebagai tempat tinggalnya." (HR. Al-Baihaqi)

Mari kita lebih banya merenung, agar setiap ibadah mahdhah bisa menjadi cambuk tersendiri bagi jiwa² yg lengah dari karakter muslim.

Shalat menjadi kendaran untuk mendekati perbuatan yg makhruf dan menjauhi yang mungkar.
Zakat menjadi media untuk kita merasa bahwa ada hak mustahik (penerima zakat) di dalam harta yg kita dapatkan.
Apalagi haji, mabrur tidaknya dinilai dari bagaimana sikap kita kepada orang lain.

Demikian juga dengan puasa. Puasa adalah wahana pelatihan bagi jiwa agar kita punya malu. Mengingat rasa malu menjadi salah satu karakter yg langka di tengah kehidupan yang mendewakan kebebasan seperti sekarang.

Para koruptor bisa senyum-senyum di depan kamera televisi. Para artis yang terlanjur tercoreng mukanya dengan kasus video porno tetap percaya diri untuk tampil.
Para wakil rakyat masih tidak mau berdebat kusir demi membawa nama rakyat.
Para lurah, bupati, wali kota, gubernur; dan pejabat tinggi lainnya juga tidak malu meskipun nyata-nyata ia tidak mampu memenuhi janji kampanyenya.

Sungguh miris, Astaghfirullahal'aziim.

Dalam islam amatlah populer sabda Rasul yang mengatakan bahwa "Malu adalah sebagian dari iman."

Lalu, apakah mereka tidak malu kepada Allah yg mereka yakini keberadaan-Nya?
Apakah mereka tidak malu kelak di hari kebangkitan segala yang mereka kerjakan akan ditampilkan sehat sempurna tanpa sensor sedikit pun kepada segenap penduduk pasang mahsyar ?

Ya Allah...
Jika saja puasa dihayati oleh para abdi negara, yakin diri tren grafik korupsi di negeri ini akan menurun.
Meskipun pejuang untuk melakukan korupsi telah terbuka lebar, mereka tetap tidak akan berani melakukannya karena ada rasa takut bahwa Allah selalu mengawasinya.

Apabila demikian seterusnya, lahirlah para abdi negara yang tangannya terpelihara dari uang yang bukan haknya.
Lisannya jauh dari sikap penjilat.
Hatinya tumbuh sifat wara'.
Ia akan berhati-hati terhadap amanah yang telah diberikan kepadanya.

Dan hadirlah negeri yang dijanjikan itu, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur [negara yang adil dan makmur di bawah lindungan Tuhan Yang Maha Pengampun].

#Mari Memperbaiki Diri
#Lillah, Billah, Fillah

Kutipan :
Izrail Bilang, Ini Ramadhan Terakhirku
[Ahmad Rifa'i Rif'an]

Repost by: Maulida kaz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar